Senin, 24 Juni 2013

hari yang panjang untuk satu nyawa



memori
kembali sebuah kisah pendek lagi-lagi sangat menarik untuk aku bahas, (tepatnya untuk aku ceritakan) sebagai share dari langkah konyol yang gak perlu kita lakukan dikala hati sedang tak stabil, dan bagaimana langkah yang harus kita ambil.

berawal dari suatu sore yang rencananya aku bersama kakaku akan hunting foto di titik nol (0 km) malioboro, udah siapin kamera yang menurutku keren, tapi mungkin bagi kalian biasa aja (karena aku gak punya sendiri) kamera SLR yang sering orang bilang seperti itu, knalpot racing alias blombongan dalam bahasa kami anak muda (knalpot motor yang bising intinya) yang udah kami ganti dengan knalpot standarnya, agar nyaman dipakai pergi, takut ketangkep polisi (hehehehe...), sore yang ku nantikan saat aku pulang kerja.



ku datang kerumah kakakku dengan hati yang berharap semua ini berjalan lancar, tapi seketika aku tertoleh, di sudut pojok belakang rumahku dan rumah kakakku, ada banyak orang disana, rasa was-was akan gagalnya rencana kami terbersit kala itu, pasalnya rumah itu adalah rumah tetangga yang di dalamnya ada seorang nenek yang sakit keras di usianya yang sudah 95 tahun, ketika ada anak kecil yang berlari mnuju rumah tersebut untuk mencari ibunya, aku segera mengikutinya dan berlari menuju rumah itu dengan sedikit pertanyan penasaran "ada apa ya Rom (Romi panggilan kakaku)".

innalillahi wa inna illaihi raji'uun....
dugaan kami benar, telah meninggal dunia dengan tenang (seperti itu tertera di surat kematian) atau lelayu dalam bahasa jawa, rasa bela sungkawa aku terapkan dalam hati, aku kembali kerumah kakakku dan bilang kalu (sebutlah ia si nenek) kalau si nenek itu meninggal dunia, sejenank kami terdiam, meresapi rasa belasungkawa atau merenungi kegagalan kami akan hunting foto, lucu sedikit tertawa kami disitu saling menatap, mungkin dalam hati ada kata "haduuh gak jadi ni, gagal rencana" tapi demi kemanusiaan dan penghormatan, kami tanggalkan kata hati tersebut, kami putuskan untuk ketempat layatan dan bantu-bantu disana untuk upacara pemakaman besok pagi, terpaksa jenazah harus bermalam dirumah karena memang waktu yang sudah petang kala itu.

semua selesai, malamnya kami kesitu untuk menemani keluarga yang berduka seperti adat yang tak tertulis demi kehormatan dan kesetiakawanan, membuat minum dan lain sebagainya. malam semakin larut dan satu persatu dari kami semua mulai ngantuk, ucapan pamit pulang kami ucapkan pada mereka yang berduka, balasan hangat suasana desa yang rukun, "ya terima kasih semua udah mau datang". kami pulang kerumah masing-masing dan tidur untuk menjemput hari esok yang pasti akan lebih melelahkan karena puncak acara pemakaman dilakukan besok hari minggu tanggal 23 Juni 2013.

malam berlalu, pagi mulai hadir dan menyapa, seakan bilang selamat pagi, ini akan jadi hari yang melelahkan tian, namun semua itu ku anggap biasa aja, demi kebersamaan bermasyarakat, esok yang semua masih beraktivitas seperti biasa layaknya anak muda di hari minggu, cuma tujuannnya yang berbeda, walau meski tampil keren, siapa tau ada yang di kecengin (astaghfirullah) niat yang buruk dari sebuah layatan, hehehehehe....  seperti biasa, mandi, sarapan dandan bersanding dengan hiruk pikuk sebuah keluarga kecil yang rame walau cuma 4 orang namun udah kaya pasar di dalam.

pukul 07.30 WIB, waktu yang pantas untuk berangkat dan mulai berjuang, membantu kesibukan seperti laden/nyinom/waiters lah dalam layatan, ada yang masak air bagian bapak-bapak dan yang malu tampil, nah bagianku bersama teman-temanlah yang tampil, keluarin minum, sebuah adat yang kurasa kurang begitu pas sih, tapi mau gimana lagi aku hanya seorang bocah dengan pemikiran yang besar namun dengan anggapan yang kecil dari mereka, logika aja : masa dalam upacara orang meninggal malah minum, makan roti, permen, kalau yang buat pekerja sih wajar, tapi buat para tamu? mereka mau takziah atau mau kepesta, ya begitulah manusia, gak pedulu tentang kasian apa gak keluarga dukanya, dan dalam sebuah riwayat aku pernah denger dari ustadz yang aku lupa hadistnya namun intinya begini "ketika orang itu meninggal saat itu dia merasakan haus yang teramat sangat, dan ia menah haus tersebut tanpa mampu berbuat apapun, bayangkan jika kita minum di sekitarnya, dia akan sangat tersiksa untuk semakin menahannya, karena selama 40 hari ruhnya akan tetap di situ". tapi ya sudahlah itu kan mereka, aku juga minum tapi selalu menjauh, namya juga adat, gagasan tanpa dasar yang menurutku aneh dan gak logis, dengan dalih  mengikuti yang terdahulu, padahal yang terdahulu belum tentu benar, dan bahkan mungkin pintar anak jaman sekarang, pengetahuan juga lebih maju kan.... hidupku adalah hidupku, hidup kalian adalah hidup kalian, mungkin itu kata yang tepat. eh kok malah jadi ngelantur ya dongengnya.

pukul 13.00 WIB, jenazah siap dikebumikan dan diangkat diiringi doa oleh sesepuh di desaku, diangkatnya jenazah dan berjalan menuju pemakaman, kami tetap tinggal dirumah dan segera kami menata kursi-kursi, meja dan sebagainya untuk di kembalikan ke tempat aset desa disimpan (Bp Dukuh)/kepala desa. semua selesai, hari yang melelahkan saat adzan ashar berkumandang dan kisah dimulai dari sini.

kami segera bergegas mandi, dan menuntaskan rencana yang gagal kemarin namun dengan acara yang berbeda dan tempat yang berbeda pula, yang sudah kami bahas bertiga bersama teman kami juga tadi pas duduk-duduk di layatan, rencana sih mau ke Paris (parang tritis) liat festival layang-layang, tapi waktu udah gak memungkinkan kesana, jadi akhirnya nonton jathilan (kuda lumping) lah yang jadi acara terpilih kami, tetap sambil hunting foto. kami hapy-hapy ajalah sambil ngilangin capek, berjalan kami menuju  lokasi, eh ternyata salah jathilan tujuan kami, pasalnya ada dua jathilan dalam tempat yang berdekatan, udah kehilangan parkir Rp 2000 kluar lagi deh, bayar lagi Rp 2000 ketempat tujuan teraknhrir, kami foto-foto disana dengan gaya dan teknik amatir kami yang gak tau tentang foto, hahahahaha..... yang penting hapy kan sob, hari semakin sore tanpa terasa dan acara juga sudah usai, kami bergegas keluar dan pulang.

dalam santainya kami memutar gas sepeda motor, tiba-tiba ada yang menarik sifat jail dan isengku keluar, ada dua cewe boncengan mendahului kami dengan gayanya yang sok pembalap moto GP, padahal tehniknya sangat ancur, sejenak kami biarkan mereka, tapi aku bilang ama kakakku, aku cuma ingin mendahuluinya dengan gayaku dan isengku, aku tancap gas sekencang mungkin dengan motor bebek yang sangat kusayangi, aki pepet mereka dengan kecepatan tinggi setipis mungkin jarak aku ciptakan di samping mereka, dan BOOOM.... mereka terkejut dan oleng, tapi gak jatuh jangan sampai lah kasian juga, itulah yang buat aku bangga, hehehehehehe.... gak penting benget ya.

terus aku tancap gas meninggalkan kakakku, dan motor ku hentikan di sebuah jembatan antar kabupaten yang juga deket rumahku, selang beberapa menit kakaku muncul bersama teman yang diboncengnya, dia pun ikut berhenti, kami foto-foto disitu dengan background pemandangan kali progo pemisah kabumpaten yang cukup besar untuk jalur lahar dingin tersebut, angin segar sore hari menemani kami, "Rom....." teriakku pada kakaku. "pinjem kameranya bos, ada cewek diem sendirian tuch" pintaku pada kakaku karena ku lihat cewek yang sedang terdiam di atas jembatan tempat kami nongkrong, menghadap keselatan dan bertumpu tangannya di atas besi pembatas jembatan yang berwarna kuning sedikit kusam itu, terdiam seakan pandangan kosong menyertainya, namun aku tetap cuek, aku ambil gambarnya dari jauh, semakin lama ku mendekat, sambil terus ku ambil gambar cewek yyang terdiam itu, dia tetap dalam posisinya, terdiam dan tar bergeming sedikitpun, aneh..... dalam pikiranku terbersit kata itu, masak gak ada respon sedikitpun darinya, entah nolak, marah, atau merasa gak nyaman, namun tetap diam mematung seakan aku tak ada, di jepretan kameraku yang terakhir aku mulai penasaran, kuberanikan diri mendekatinya dan menyandingnya, gadis dengan switer putih bercelana pensil dengan helm ungu yang masih iya kenakan lengkap dengan slayer menutupi separuh bagian wajahnya, dekat dan sangat dekat, dengan kata isengku aku bilang "foto sebentar mbak, mau kan jadi modelku bentaran aja?" dia tetap terdiam.
menangis, ketika kupandang wajahnya, aku melihat ada air bening yang mengalir di pipinya, air yang keluar  dari air mata seorang hawa yang sedang aku goda, seketika aku terdiam dan menemaninya berdiri menghadap keselatan, dengan kamera yang terus aku genggam dan aku jepretkan keseluruh penjuru tanpa arah untuk mencairkan suasana, aku kembali terdiam disamping mematungnya gadis itu dan berceloteh pelan disampingnya "terkadang masalah itu tak selalu perlu dianggap sebagai masalah" dia sedikit menoleh dan kembali ke posisinya, lalu aku sedikit bercerita tanpa permintaan denga tebakanku yang tepat kalau dia sedang ada masalah denga kekasihnya, "jika maslah itu kita anggap sebagai maslah pasti akan sangat berat kita jalani, tapi cobalah belajar merubah sudut pandang dan pola pikirkita, maslah itu bukan untuk ditangisi tapi di hadapi, jangan sampai kita terlihat lemah hanya karena kita menangisi orang yang belum tentu dia perduli sama kita saat ini, coba bayangkan dengan logika, semakin kita terpuruk, dan menangis, semakin kita akan tampak lemah dimata mereka, dan mereka akan merasa semakin paling sempurna dan semakin keras tertawa diatas kelemahan kita, tapi cobalah tunjukkan pada mereka kalua kita tak sehina yang mereka kira, tapimerekalah yang lebih hina dari kita dengan cara move on dan buktikan kalau kiata lebih sempurna"

dia masih terdiam namun dengan sikapnya aku yakin dia mendengarkanku.
 manusia itu sering terjerumus dalam kemunafikannya sendiri, nereka hanya menilai tanpa pernah bercermin betapa mereka lebih busuk dari yang mereka hinakan pada kita, hanya ingin dimengerti namun tak pernak mau mengerti akan hati orang lain, dan hanya mengutamakan keegoisan mereka tanpa pernah per mduli orang lain, dan saat itulah manusia membohongi dirinya sendiri dan menuntun mereka kedalam kemunafikan mereka sendiri, jadilah diri sendiri jangan bernuat hanya karena orang lain, apa gunannya menangis, hanya akan membuat kita semakin larut dalam kesedihan, cobalah tersenyum, walau sebenarnya hati kita menangis, agar tampak tegar dan tidak dianggap remeh orang lain".

Hp di sakuku bergetar, aku tau ada sms masuk, dan aku sudah menduga pasti iitu kakaku dantemannya yang lagi marah menungguku, karena kameranya kan aku bawa, tapi aku cuekin, eh malah miscall, aku linhat pesan smsku dan ternyata benar, aku bilang ke gadis itu "bentar ya aku akan kembali" berjalan aku menuju tempat kakaku duduk untuk mengembalikan kameranya, yang aku tau dia juga ingin buru-buru pulang karena tanpa terasa udah hampir magrib, aki bilang kalau aku disini dulu, mereka semua tertawa menggodaku "betah banget, mentang-mentang ada cewek cakep" temen kakakqu yang sebut aja dia Putra Gondang ( itu namanya di FB ). aku hanya tersenyum membelas ejekan mereka. aku segera kembali ketempat gadis tersebut dan kakakku segera tancap gas untuk pulang.

 kembali aku berdiri disampingnya, dan aku beri dia sedikit motivasi yang juga sebagai motivasi ku dalam terdiamnya tak bergeming sedikitpun, aku tau rasanya karena aku juga pernah merasakan ditinggal orang yang aku sayang tanpa sebab dan tanpa alasan "jadilah pohon jangan jadi rumput, memang rumput itu selalu damai dan tenang tanpa badai namun dia akan selalu dibawah dan terinjak, tapi pohon akan tumbuk besar dan keatas, namun tak kan mudah jalan pohon untuk tinggi, akan banya badai dan terpaan angin diatas sana ketika semakin tinggi pohon akan semakin besar pula badai yang menerpa, namun pohon tidak lemah, dia akan terus berusaha mengakar ketanah sampai kuat tanpa menyerah, dan dia yang tetap bertahan sampai besar dialah yang akan dipandang berharga dan terhormat" perlahan dia menatapku dan menundukan kepalanya.

"mungkin mudah bilang seperti itu mas jika kita tidak berada dalam posisi itu" dia mulai bicara. "aku mampu berkata karena aku pernah merasakanya", aku ceritakan sedikit pengalaman pahitku yang aku yakin dalam usia anak spertiku seratus satu yang mampu menghadapinya sendiri, dan aku bangga atas pengalaman itu. dia terus menatapku dan mulai merespon aku bicara, dia mulai bercerita setelah ternyata pengalamannya jauh dari pengalaman pahitku, dia ceritakan semua masalahnya dengan kekasihnya yang putusin dia karena dia punya cwek lain, dan cewek itu temennya sendiri, dia juga cerita punya kanker otak yang mungkin itu juga salah satu alasannya, aku mulai merasa betapa sakit hatinya saat ini, namun aku berusaha buat dia tegar dan menemaninya, aku kuatir terjadi hal yang tak diinginkan dari bisikan setan di tepi jembatan petang-petang gini, aku bertanya "kamu islam?" "iya" jawabnya. "mintalah pada Rabbmu, terus memohon pada-Nya, terus tunjukan usahamu pada-Nya, sampai Dia sendiri malu untuk tidakmengabulkanya" (kata-kata tetehku dari bogor yang menenangkanku saat aku galau juga). 

adzan maghrib telah uasai di kumandangkan masjid di daerahku, aku tau ini waktunya menghadap dan meeting bersama Rabb ku, aku ajak dia pulang bersama ku kerumah, sungguh tindakan diluar kendaliku pada gadis yang aku sendiri tak tau namanya. namun dia menolak, dia bilang dia lagi haid jadi gak solat, lalu lalu aku biulang padanya "hidup itu simple, kita ambil keputusan dan jangan pernah menyesalinya" dari fast and furious, namun dari ku "hidup itu adalah sebuah pilihan, dan dalam tiap pilihan selalu ada resikonya, masalahnya dalah kita harus siap menghadapi resiko dari polihan kita snediri". "seperti cowo mu, itu adalah pilihan kamu dan sekarang seperti ini kamu harus siap hadapi resiko dari pilihan kamu ini, jangan berbuat konyol hanya karena cwo yang belum tentu pedulikan kita, jangan berbuat sesuatu yang kita sendiri gak akal tau dan mampu melihat ending dari yang kita perbuat, cobalah move on, dan Tuhan akan tau yang kamu lakukan. yasudah aku pamit pulang mau maghrib" kata penutup dariku ketika dia mula reda dari emosinya dan menghentikan iar mata dipipinya, ketika dia mulai tersenyum saat aku sedikit lontarkan canda dlam kata-kataku, dia menjawab "iya makasih ya mas nasehatnya" hatiku lega mendengarnya, aku pulang ambil air wudlu dan bergegas maghrib takut waktunya keburu abis.

di sujud terakirku dalam roka'at, aku teringat gadis itu kembali, seakan ada yang memintaku untuk kembali ke jembatan itu, namun diantara nyata dan tidak, ku coba duduk di ruang makan sedrhanaku, semakin hati dan pikiranku ini tak tenang, mengapa dengan sujud terakhirku tadi, aku segera keluar dan tyanpa pikir panjang aku kembali ke jembatan, entak kenapa aku ini, entah apa peduliku dari gadis yang aku sendiri tak mengenalnya, aku tancap gas motorku menuju ke jembatan itu yang hanay butuh waktu kurang lebih 2-3 menit, terlihat dari kejauhan ada cwo bersamanya, aku pikir dia cwo'nya, namun tetap ada yang memaksaku untuk menghampirinya, aku berhenti tepat dibelakang gadis itu berdiri dan anak laki-laki disampingnya menatapku, aku balas  tatapannya tanpa rasa takut dariku, lalu aku memulai percakapan "kamu siapa mas?" "bukan siapa-siapa mas, mas cwo nya ya?..... " tanyanya yang membuat aku yakin dia cwok pemabuk bagian dari sekawanan gang momtor pemabuk di seberang jalan pinggir jembatan yang sedang nongkrong bareng. seketika aku berkata "iya aku cwoknya, biar aku yang urus cwe'ku" laki-laki itu menyalamiku dan berkata, "sori ya mas, aku kira di tinggal kemana, masak ceweknya ditinggal sendiri" dengan nafas alkohol yang sangat aku yakin itu minuman keras, dan pasti berniat burung dengan cewek sendirian di tengan jembatan panjang yang sepi seperti ini, dengan riwayat jembatan yang sering ada perampokan, pem bacokan, aku mulai khawatirkan dia.

"cobalah merubah sudut pandang dari sebuah masalah yang sedang kita hadapi, yang biasanya kita menangis tapi coba kita tersenyum menghadapi maslah itu, anggap masalah itu sebagai ujian dari Tuhan kita karena kita yang disayangnya, jika kita lulus dari ujian ini kita akan naik kelas, dan ada kado istimewa yang sudah Rabb kita siapkan untuk kita, yakinlah Rabbmu tau yang terbaik untukmu, Dia maha melihat, Dia juga takkan pernah tidur untuk mendengarkan doa dan keluhan kamu, Dia tak kan pernah berkedip untuk melihat usaha kamu, dan Dia tak kan pernah capek untuk mengabulkan pinta hambanya yang sungguh-sungguh dan semangat" ucapku padanya.

"tapi kan tak semudah itu mas, dan aku bukan mas myang bisa lakukan itu" dia bicara sambilmenatapku dalam sepinya suasana jembatan, dan hari yang semakin gelap, di tambah gerimis mulai menyapa kehadirana kami, kami tetap berdiri disitu, "memang tak mudah untuk melakukan sesuatu, karena ini adalah ujian, jadi kamu sendiri yang menentukan, kamu snediri yang mampi mengatur tujuanmu, dan kamu adalah penentu hidupmu sendiri, sekarang kamu berada dalam satu lorong yang sangat gelap, ada dua pilihan : kamu akan berjalan merangkak, meraba dalam gelap menuju setitik cahaya di ujung lorong itu, dan akan ada udara segar kebebasan menyambutmu. atau kamu akan terdiam dan selamanya dalam lorong gelap dan sempit itu. terserah itu adalah pilihanmu"

"mungkin dengan aku tak ada di dunia ini, dia akan tahu kalau ternyata dia butuhkanku mas, mungkin dengan aku mengakhiri hidup ini, dia akan sadar dan merasa kehilangan aku, aku pikir seperti itu" ucapnya kembali meneteskan air mata, "sekarang kamu lihat kebawah, bayangkan betapa kamu akan merasakan sakit ketika skaratatul maut, iya kalau kamu mati, kalau enggak? lihat lagi kebawah. bayangkan kamu akan mati dan dipandangnya oleh orang-orang kamu mati konyol, mati bunuh diri yang tak menyelesaikan maslah apapun, bayangkan kedua orang tua kamu menunggumu dirumah saat ini, anak gadis yang disayangnya belum pulang jam segini, dan kalau iya cwo' mu merasa kehilangan dan sadar, ntapi kalau tidak, kamu mati sia-sia, dan Tuhanpun akan membencimu karnanya. Tuhan memberi kita nyawa untuk menjaganya dan menggunakannya semaksimal mungkin di jalannya, kamu akan nampak konyol dimata orang lain, kamu akan sia-sia dimata masalah dan pendapat kamu, dan kamu akan membuat orang tuamu meneteskan air mata, menyakiti hatinya karena anak cantik yang disayangnya setega itu meninggalkannya, dan tidak sampai di situ, kamu tak akan merasakan nikmatnya surga karena amarah Rabbmu, dan sementara itu setan tertawa sangat keras atas kebodohan kita, dan penyesalan kita sudah tak berguna saat itu". hujan yang semakin deras membasahi kami yang hanya berdua di jembatan.

"kenapa kamu perduli sama aku? kenapa kamu gak pulang aja, ini hujan lho" ucapnya padaku yang mulai santai berbicara menurunkan emosi awalnya, sengaja aku diam tak menmjawab, pandanganku terfokus pada pemandangan pegunungan di selatan sana yang nampak indah bersama hujan, dia menatapku dan terus menatapku menunggu jawaban dari pertanyaannya. "aku tidak akan pulang sebelum kupastikan kamu pulang, dan bukan aku yang menginginkan ini, tapi Rabbku yang menuntunku lakukan ini semua, dan aku hanya berjalan sesuai kata hatiku, dan aku lakukan ini karena aku hanya ingin berbagi kebahagiaan yang setiap orang berhal memilikinya, bukan hanya berbuat hal yang konyol yang kita sendiri gak akan tau dan melihan anding dari cerita kita".

tubuh yang awalnya terpaku dalam dinginya hati yang terbakar, kini mulai bergeser, dan tangan dari jari lentiknya mulai mngusap air mata yang bercampur guyuran hujan sembari berkata "kamu kan orang dekat sini, tempat berteduh mana ya, kita berteduh aja yuk, kasian kamunya juga". seketika hatiku sangat lega, namun aku juga bingun mau berteduh kemana, karna tak ada tempat berteduh disini, akhirnya aku putuskan untuk menyuruhnya pulang.

terdiam ia dalam berdirinya kembali,  "masalahnya mas, aku gak berani pulang, jalannya agak jauh dan banya bulak (jalan di tengah padang persawahan tanpa rumah), maaf ya mas ngrepotin", entah kenapa hati ini terasa senang mendengar ucapan itu, dinginnya guyuran hujan tak lagi terasa dengan hangatnya suasana karna dia telah tersenyum dan niat baikku berhasil, dalam hati aku tersenyum pada Rabbku, Dia telah beriku satu kebanggan dalam hatiku. "ya sudah, aku antar kamu pulang, tapi janji ya kamu pulang?" ucapku menuntaskan kisah hari ini.

di hampirinya sepeda momtor maticknya dan kami mulai berjalan menerjang hujan yang semakin deras, masih sempat ia ucapkan terima kasih disaat seperti ini untuk nasehat dariku, aku tau dia kedingionan, dan dia juga punya kanker otak yang baru saja sembuh, aku tak tega meliohatnya, aku ajak ia ke angkringan di tepi jalan (warung makan kecil khas Jogja), dua gelas teh hangat aku pesan untuk mengurangi rasa dingin dari baju kami yang basah kuyub.

tak terasa hujan mulai reda, aku ajak dia lanjutkan perjalanan pulangnya, kami kembali bergegas, disamping itu aku takut dia kemaleman pulang dan orang tuanya nungguin, ditengah perjalanan dia bilang padaku "terima kasih ya mas untuk semuanya, untuk nasehatnya, dan untuk basah-basahannya, mungkin sampai disini saja mas mengantarnya, kasian mas juga", entah apa yang dipikirkannya, tapi aku hanya berfikir positif untuknya semoga tak terjadi apa-apa, tanpa nama, tanpa kenal, dan tanpa sapa dan tanpa akhir, aku berbali arah, dan melihatnya mulai semakin jauh, aku juga bergegas menuju rumahku untuk pulang.

entah kenapa aku ini, kenapa aku bisa seperti ini dengan gadis yang aku sendiri tak tahu siapa dia, dan sampai sekarang aku tetap tak tau, namun hati ini selalu senang mengingatnya, semoga dia bisa move on, dan tegar jalani hidup. "terima kasih ya Rabbku, Kau berikan hati ini dan kau atur jalannya hati ini dengan petunjuk-Mu yang membuat hatiku bangga menjadi diriku sendiri". hanya itu andingnya, hari yang panjang, menyenangkan dan penuh cerita.

belajar dari semua itu, selalu tenanglah hadapi masalah apapun, dan jangan mengeluh, jangan sampai pikiran kita kosong dalam lamunan, agar setan tak berkuasa dan bersarang dalam pikiran kita untuk mngajak kita dalam hal kopnyol yang dia akan tertawa atas kebodohan kita.

jangan bertindak konyol karena sebuah masalah yang akhirnya kita tak tau apa yang akan terjadi dan bagaimana anding dari apa yang kita  lakukan, karena tak selamanya pemikiran kita itu akan benar dan berjalan sesuai rencana.

ambilah keputusan bijak untuk hidupmu sendiri, pikiran positif dan logis tanpa harus merugikan diri sendiri.

1 komentar: